Malam itu udara di kota Gudeg begitu panas. Aku merasa gerah dan gelisah. Herannya isteriku bisa langsung tertidur pulas. Mungkin ia lelah karena sudah berdagang seharian di toko grosir kami. Karena gelisah, pikiranku terbang melayang entah ke mana. Kucoba mengingat apa yang sudah terjadi selama sehari itu. Tak ada yang istimewa memang, tapi ada satu hal yang membuatku bertanya-tanya dalam hati. Saat aku menyetor uang ke BCA tadi pagi, petugas teller yang biasa melayani penyetoran uangku, terus saja memandangku dan tersenyum. Ada sesuatu dalam senyumannya itu. Entah apa. Sambil terus tersenyum ia menjilati bibirnya yang bergincu merah delima itu. Karena curiga, aku lalu mengajaknya ngobrol sambil ia menghitung tumpukan uang seratusan ribu milikku.
"Mbak Sri kok senyum terus sih hari ini? Sedang senang ya? Bagi-bagi dong kesenangannya.. Ada apa toh, Mbak?" tanyaku memancingnya.
"Ah nggak pa-pa, Pak Ivan.. 'kan jadi teller begini musti banyak senyum.." jawabnya dengan lembut.
"Oh gitu toh... eh ya, Mbak udah menikah belum? Suaminya kerja di mana?" aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Udah dong Pak.. Suami saya pedagang kecil-kecilan yang membuka kios di dekat Hero Supermarket, tidak jauh dari rumah kami... Oh ya, uangnya pas Pak.. Empat puluh juta.. Dan ini bukti setorannya..." jawabnya masih dengan wajah tersenyum. Kali ini senyumnya jauh lebih genit daripada yang tadi. Melihat itu aku hanya menggeleng-gelengkan kepala. Ah.. mungkin saja aku yang gede rasa, ia bisa saja berlaku begitu pada nasabah yang lain. Aku pun kemudian pulang dengan mazda-ku.
Memang salah satu hal yang membuatku rajin untuk menyetor dan menabung uang di BCA itu adalah para tellernya yang sebagian besar wanita. Putih, seksi dan cantik-cantik. Terkadang aku sering memperhatikan secara seksama bentuk tubuh Sri Astuti, teller yang tadi kuceritakan. Saat ia berjalan menuju mesin penghitung uang, tubuhnya begitu menggiurkan. Tingginya mungkin sekitar 165 cm, berambut lurus panjang sebahu, kulit putih mulus tanpa cacat dengan rok mini sekitar 15 cm di atas lutut. Tapi yang paling indah dan menarik adalah bulatan di dadanya itu. Bisa kutaksir ia mungkin memakai BH ukuran 38B. Begitu besar dan menantang payudaranya itu. Kejantananku serasa bergairah dan aku menjadi terangsang bila mengingat semua itu.
"Lho kok melamun, Mas.." tiba-tiba terdengar suara isteriku. Rupanya ia terbangun dan sempat melihatku seperti melongo dan tersenyum-senyum sendiri.
"Ah Jeng.. kok terbangun.. aku ora bisa tidur.. hawanya panas ya.." jawabku sekenanya.
"Masa toh, Mas? Padahal tadi pagi 'kan hujan.." jawab isteriku sambil menguap dalam-dalam. Rupanya ia amat mengantuk.
Kutatap isteriku lekat-lekat. Wajahnya memang tak kalah cantik dibandingkan Sri Astuti. Tubuhnya pun sama-sama menggairahkan. Apalagi ia belum pernah hamil dan melahirkan. Ya, kami memang belum punya anak setelah menikah 2 tahun ini.
Tiba-tiba... "Brak...!" Sepertinya suara pintu depan rumah ditendang dan didobrak orang dengan keras. Mendengar itu hatiku langsung deg-degan. Belakangan ini lingkungan sekitar tempat tinggal kami kena giliran dirampok. Perampoknya, kata tetangga sebelah, dua orang berpakaian hitam-hitam ala ninja di Jepang dan membawa semacam golok panjang, mirip samurai rupanya. Aku langsung bangkit dari ranjang sambil membangunkan isteriku yang kelihatannya hampir tertidur lagi saat itu. Tapi terlambat... "Brak...Buk..!" Pintu kamarku telah terbuka dan masuklah dua orang manusia berpakaian ninja. Yang satu tinggi dan kekar badannya. Yang satu lagi berperawakan sedang dan tidak begitu kekar. Wajah keduanya juga ditutup dengan kain hitam. Yang terlihat hanya mata mereka yang besar, hitam dan bulat.
"Diam di tempat... Kalo tidak akan kutebas leher kalian dengan golok ini..." Yang tinggi terdengar membentak. Suaranya begitu parau dan galak. Wah.. golok keduanya memang kelihatan panjang, besar dan tajam. Aku bergidik ngeri.
"A..A..Ampun... ampun Pak.. Tolong jangan ganggu kami.. kalo mau uang silakan ambil di lemari.." kataku dengan suara gemetar sambil menunjuk lemari di sebelah ranjang kami. Isteriku pun memelukku ketakutan setengah mati.
"Jangan banyak bicara kamu.. bukan uang yang kami minta.. tapi kalian harus bisa memuaskan kami.." kata Si Tinggi sambil memberi kode anggukan kepala kepada temannya. Temannya pun mendekati dan mengacungkan golok ke leherku.
"Ayo ikut aku..." terdengar suara temannya si tinggi itu.
Sepertinya aku mengenal suara feminin ini. Tapi di mana ya. Ya betul, perampok satunya ini adalah seorang wanita! Dengan kasar ia mendorongku sambil tangannya tetap mengarahkan golok ke leherku. "Ayo jalan ke kamar sebelah..!" Perintahnya lagi. Aku bingung. Hendak diapakan aku. Lalu apa pula yang akan dilakukan si Tinggi terhadap isteriku di kamar kami. Setelah sampai di kamar sebelah, aku disuruh melakukan sesuatu yang aneh.
"Buka seluruh pakaianmu... dan naik ke ranjang itu... Jangan turun dari sana, sebelum aku suruh..!" perintahnya ketus.
"Ya.. ya... baik... baiklah..." dengan penuh ketakutan aku membuka baju dan celana tidurku lalu naik ke tempat tidur yang biasanya dipakai untuk tamu yang menginap di rumah. Aku lalu memandang perampok itu dan terheran-heran melihat apa yang sedang dilakukannya sekarang. Ia membuka seluruh pakaian ninjanya!! Ya.. aku pun dibuat kaget dan terbengong-bengong setelah melihat siapa sebenarnya perampok itu. Sri Astuti!
"Lho kok Mbak Sri... Anda..." Ia tidak membiarkan aku melanjutkan perkataanku. Goloknya keburu kembali menempel di leherku. Ia pun berkata, "Layani aku sampai puas malam ini... kalo tidak akan kusuruh suamiku di kamar tidurmu untuk memperkosa isterimu..." ancamnya. Senyum yang pagi tadi kulihat di wajahnya yang cantik sudah tidak terlihat lagi. Kini senyuman itu sudah berganti dengan mimik muka yang amat bengis. Melihat tubuh telanjangnya dengan raut wajah yang amat kejam di dekatku sekarang, mula-mula aku tidak terangsang. Namun apa yang dilakukannya kemudian menjadi lain adanya.
Dengan keras dipegangnya batang kejantananku yang masih loyo. Lalu dikocok-kocoknya pelan-pelan. Lima menit kemudian, ia pun duduk berlutut di dekat tubuhku. Diraihnya batang kejantananku dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Ia menghisap, mengusap, memilin dan menjilati kepala batang kejantananku dengan penuh nafsu. "Ah.. ah... ah..." aku hanya bisa mendesah dan kedua mataku terbeliak ke atas karena merasakan nikmatnya sesuatu yang seperti surga dunia. Aku mencoba merangsangnya dengan meraih buah dadanya lalu meremasnya. Begitu besar menantang dan menggairahkan. Putingnya kecoklatan dan mulai kelihatan mengeras dan tegak sekarang. Aku terus merangsangnya dengan mencoba memasukkan jari telunjuk dan jari tengahku ke liang senggamanya. Melihat apa yang kuperbuat, ia merubah posisinya. Pantatnya yang bulat dan besar dihadapkan ke wajahku sementara mulutnya terus sibuk menghisap dan menjilati senjataku yang mulai mengeras dan panjang. Siap untuk ditembakkan. Aku pun berusaha menjilati bagian sekitar klitorisnya sambil memasukkan jari telunjuk ke liang senggamanya yang beraroma semerbak itu.
Tak lama kemudian ia naik ke atas perutku. Posisinya membelakangiku. Dengan penuh nafsu ia menduduki batang kejantananku yang sudah menegang itu dan dimasukkan ke liang kewanitaannya. "Blees.. Clep.. clep.. cleep.." batang kejantananku sudah separuh masuk dan Sri Astuti terus saja naik turun seperti orang menunggang kuda pacunya. Kedua tangannya memegang payudaranya. Ia pun mendesah. "Uh.. uh.. ah.. ah..." Aku yang melihatnya menjadi terangsang berat. Kini giliranku yang mengambil peranan. Kuangkat tubuhnya dari batang kejantananku. Lalu kubuat dia menungging. Tanpa ba bi bu lagi kuarahkan batang kejantanan ke liang senggamanya dari belakang. "Bles.. cep.. bles.." Lebih dari separuh batang kejantananku masuk. Aku pun bergerak maju mundur. Sementara Sri terus saja berusaha mengimbangi permainanku. Kedua tangannya memegang ujung tempat tidur. Kedua tanganku dengan liar bergerak ke arah payudaranya. Kuremas-remas dan kupegang-pegang dengan penuh gairah. Aku juga mencium bagian punggungnya. Wah wangi sekali parfum yang dikenakannya. Tidak terasa bau keringatnya yang walaupun sudah menetes karena panasnya gairah kami.
Setelah sekitar dua puluh lima kali mengobok-obok liang senggamanya dengan batang kejantanan andalanku, aku pun kemudian membalikkan tubuhnya. Kugendong tubuhnya dalam posisi kami saling berhadapan. Batang kejantananku dengan sigap kuarahkan ke liang senggamanya. Aku menyetubuhinya sambil menggendongnya. "Ah... ah... ah... aku puas Pak Ivan... tak kusangka Bapak sanggup memuaskan saya... Tetangga Bapak semuanya tidak berguna.." erangnya sambil mendesah lagi.
Sepuluh menit kemudian kubaringkan tubuhnya ke kasur karena aku merasa ada sesuatu yang meledak-ledak hendak keluar dari tubuhku. Ya, aku hendak ejakulasi. "Ke mukaku saja Pak ..." pinta Sri ketika aku hendak mengeluarkan sperma di atas perut dan dadanya. Dan "Crottt.. crottt.. crott.. crott.." Sperma putihku meluncur dari sarangnya dengan deras ke arah mulut Sri Astuti. Ia sengaja membuka mulutnya seolah-olah seperti anak kecil siap menerima minuman sirup jeruk yang manis. Yang tak kusangka, ia menelan semua spermaku yang keluar. Dan batang kejantananku pun masih terus dihisapnya lagi. Seolah-olah ia berkata siap untuk menelan sperma lagi jika batang kejantanan masih terus menyembur. Dijilatinya sisa-sisa yang ada.
Satu jam kemudian kami berempat duduk di ruang tamu. Apa yang diceritakan mereka sungguh membuat kami bingung dan terkejut. Mereka dengan sengaja mendatangi rumah-rumah nasabah Sri Astuti. Setiap malam sekitar dua rumah mereka satroni hanya untuk membuat Sri menjadi puas nafsu seksnya. Suaminya tidak mampu memuaskan karena nafsu seksnya begitu besar. Padahal Boby suaminya tidak impoten. Ia hanya kewalahan dengan nafsu seks isterinya. Setiap hari ia minta dilayani sampai tujuh kali berturut-turut. Makanya untuk mencukupkan kebutuhan seksnya itu mereka sengaja mencari orang-orang yang mereka kenal betul guna ikut membantu. Duh.. dunia rupanya sudah bejat.
Tapi aku patut bersyukur. Di samping karena apa yang selama ini kulamunkan (walau tanpa sepengetahuan isteriku) sudah terpuaskan, malam itu isteriku juga tidak diapa-apakan selama aku melayani kebutuhan si bahenol Sri Astuti.
Bila ada pembaca wanita yang ingin nafsu seksnya dipuaskan oleh saya karena di rumah merasa kurang atau suami belum punya, silahkan hubungi saya via e-mail secepatnya! Anda pasti puas. Gaya apapun yang Anda minta, pasti akan saya penuhi. Janji!
TAMAT
@
0 komentar:
Posting Komentar - Kembali ke Konten