Pembantu yang beruntung 1

Setelah mengintip persetubuhan Linda dengan Ujang (lihat eps.1), Lily
masih ada ada di depan kamar tidur Ujang. Dia masih melihat apa yang
terjadi di dalam kamar itu. Dilihatnya Ujang masih tidur di ranjangnya,
masih telanjang dan Linda ke kamar mandi membersihkan vaginanya dari
tumpahan sperma Ujang. Yang diperhatikan Lily adalah batang penis Ujang
yang masih tetap besar, meskipun sudah agak menyusut. Sambil menunggu
Linda, Ujang mengambil rokok dan menyulutnya. Rasanya nikmat sekali si
Ujang ini, mendapat bonus yang luar biasa menarik. Tidak lama kemudian
Linda keluar dari kamar mandi, masih dalam keadaan polos bugil. Tidak
ada rasa canggung dari Linda saat itu, Ujang terus menatapi keindahan
tubuh telanjang nyonyanya.
“Jang, enak banget ngewe sama kamu. Luar biasa!” kata Linda memuji Ujang
seraya menghembuskan asap rokok dari mulutnya, “kontolmu nikmat, Jang”.
“Ah nyonya, kalo nikmat, upahnya dong?” rupanya Ujang meminta upah.
“Kan gajimu sudah kunaikkan 3X lipat. Masih kurang?” kata Linda agak
kesal pada jongosnya ini
“Minta ongkos makan juga dong! Kan kalo habis ngewe, jadinya lapar lalu
buat beli rokok juga” kata Ujang pada Linda.
“Iya, nanti dikasih juga ongkos makan deh. Ntar aku ambil yah” ujar Linda.
“Asyik, terima kasih nyonya seksi” kata Ujang sambil mengusap payudara
Linda yang montok. “Nyah, jembutnya jangan dicukur yah! Seru deh lihat
jembutnya, lebat!” Ujang pun mengelus bulu kemaluan Ujang.
“Sama ah, jembut kamu juga banyak nih. Tapi yang pasti kontolmu cuma
untuk aku yah, hihihihi” begitu permintaan Linda.
“Beres deh” kata Ujang. “Kita sudah berapa kali ngentot yah, nyah?”
Ujang bertanya pada Linda.
Disahut oleh Linda: “Wah lupa deh. Memang kenapa? Sudah bosen.”
Ujang menyahut: “Nggak bakal bosen nyah. Cuma….cuma…”.
“Cuma apaan say?” Linda bertanya pada jongosnya.
“Cuma itu tuh…. Ada aja” ujar Ujang. “Itu tuh apaan Jang? Ngomong
dong?”Linda bertanya-tanya apa keinginan Ujang.
“Ntar deh nyah, kalo kita ngentot lagi, nyonya pasti tau”:

“Apaan sih? Ayo dong kasih tau? Jangan bikin penasaran.” Linda kembali
bertanya
“Pokoknya kalo nyonya ngewe lagi sama Ujang, pasti tau deh.”
Rupanya Linda sangat penasaran akan maksud Ujang. Ia melihat penis Ujang
yang sudah ngaceng keras sekali. Sebenarnya Linda masih capek setelah
persetubuhan tadi, tapi ia ingin tau apa kemauan Ujang.
“Sudah ah, aku turun dulu yah. Mau bobo?” Linda mengatakan itu, yang
sebenarnya dia berpura-pura.
“Nyah, kontol saya nganceng lagi nih! Ngewe lagi yuk!” Ujang memintanya
pada Linda.
“Capek ah, cukup segini dulu hari ini!” kata Linda pura-pura menjauh
dari Ujang, tapi bahasa tubuhnya mengatakan lain.
Buktinya Linda menyentil pelan dan meremas penis Ujang. Linda mengingini
Ujang yang berinisiatif menyetubuhinya. Kelihatan Linda pun masih siap
untuk bersetubuh lagi.
“Ogah ah”kata Linda berpura-pura, tetapi malah terus menggoda Ujang.
Masih di depan Ujang, Linda membetulkan rambutnya, sehingga terbukalah
ketiaknya yang putih bersih dan payudaranya semakin ia busungkan. Karena
sudah nafsu lagi, maka Ujang menarik tangan nyonya majikannya yang
cantik dan memeluknya dengan begitu erat. Lalu mulutnya menyosor ke
mulut Linda untuk berpagutan
“eghh egghh, sudah ah!” Linda meronta
“Kalo nyonya nggak mau, saya perkosa lho!” ancam Ujang dengan penuh canda.
“Diperkosa…ehmmm. Kamu nakal yah? Jongos koq berani perkosa nyonya nya?”
begitu ucapan Linda yang penuh canda.
“Habis, nyonya juga mau kan? Ini buktinya nggak berontak. Hehehehe…jadi
yang nakal nyonya dong” ujar Ujang.
“Hehehe lepasin Jang, jangan cuma dipeluk dong?” goda Linda kepada Ujang.
“Koq jangan cuma dipeluk nyah, habis diapain?” Tanya Ujang.
“Dientot lagi deh hehehehe. Aduuuhhh jadi mau lagi nih”.
Ujang pun mendekap tubuh bugil nyonyanya dan kembali dibaringkan ke
ranjang, ia terus memeluk Linda sambil menggerayangi tubuhnya. Mereka
masih terus berciuman dengan panas. Tangan Ujang bergerilya menjamah
tubuh Linda yang putih mulus tak ada celanya. Digesekan jarinya ke
vagina Linda. Kembali Linda mendesis sambil terus meremas penis Ujang.
“Yuk nyah, Ujang entot lagi. Nyonya nungging yah!”.
Linda yang horny mengikuti saja kemauan kacungnya itu.
“Yuk, aku nungging yah. Entot aku yah Jang. Aku juga dah sange lagi nih!”.
Ujang pun memegang penisnya yang sudah tegak lalu digesek-gesekkan ke
vagina Linda. Tidak lama kemudian….blleeesss….
“Eeeggghh Jang. Kontolmu keras banget. Eehhh ennnaaakkk Jang!!” erang Linda

Kontol Ujang kini sudah masuk sempurna, menembus liang vagina Linda yang
sedang nungging. Setiap sodokan Ujang membuat Linda menggelinjang
kenikmatan.
“En…tttoott aku Jjjannngg. Tttee….kkaannn yang….da….lhammm. Egghhhh”.
Linda merasakan sesak di vaginanya, rasanya penis Ujang menembus,
membentur dinding rahimnya.
“Enak nyah? Dientot Ujang”
Linda menyahut “oohhggg enh…..aaak se….kalih…. Jjjaanang”.
“Ntar saya mau yang lebih nikmat ah. Tenang aja nyah”. Kata Ujang sambil
terus mengenjot vagina nyonya Linda
Ujang mengulurkan tangannya ke arah payudara Linda lalu meremasnya
sambil dipelintir puting susu Linda. Hal ini membuat Linda geli,
terangsang luar biasa dan nikmat. 15 menit setelah persetubuhan itu
berlangsung Linda terlihat lemas, rupanya dia sudah keluar dan ia tetap
membiarkan Ujang memompa vaginanya. Jari-jari tangan Ujang lalu menekan
dan membuka pantat Linda. Dilihatnya lubang anus Linda yang merekah dan
sangat mungil. Ujang terus meremas pantat Linda yang sudah terlihat
lemas dalam keadaan nungging. Lalu Ujang menyetop kocokan penisnya di
lubang vagina Linda.
“Lho koq distop sih Jang?” Linda bertanya pada Ujang.
“Tenang aja nyah. Ujang juga nikmat koq. Nyonya tenang aja yah” Ujang
menimpali pertanyaan nyonyanya.
Lalu Ujang mengeluarkan penisnya dari liang senggama Linda. Kelihatan di
mata Lily, benda itu begitu besar dan tegak siap memangsa Linda. Sambil
terus menekan pantat Linda dan membuka belahan pantatnya. Ujang
mengarahkan penisnya yang besar itu ke lubang anus Linda.
“Ujang, gila yah. Jangan di situ. Aku belum pernah. Jangan Jang, sakit”
Ujang tetap menempelkan kepala penisnya ke lubang anus Linda.
“Ini yang Ujang mau… Ujang mau entotin pantat nyonya. Pantat nyonya,
Ujang perawanin”
Linda terkejut akan perkataan Ujang, tapi ia tidak bisa buat apa-apa
karena pantatnya sudah dibuka oleh Ujang dan penisnya sudah menempel dan
siap menerobos analnya.
“Eeggghh….pee…lllaaann-pelan Jaannng”.
kepala penis Ujang sudah masuk ke lubang anusnya. Ujang pun mendorong
perlahan-lahan supaya lebih masuk. Kelihatan sekali mata Linda sebentar
menyipit, sebentar mendelik, karena merasakan lubang anusnya dijejali
penis jongosnya, sambil mulutnya mendesah menahan sakit.

“Luar biasa sempit nyah… Pantat nyonya enak, lebih sempit daripada
memeknya”.
“Iya…tapi…pe…lllaaannn dooonngg, aaadduuuhhh sssaaakkkiiittt”.
“Tenang nyah. Ntar juga nikmat” Ujang menimpali komentar majikannya.
Akhirnya masuklah seluruh penis Ujang ke dalam anus Linda. Itulah kali
pertama bagi Linda dimana lubang anusnya disetubuhi seorang laki-laki.
Bukan suaminya yang menganalnya, tetapi jongosnya lah yang pertama kali
menyodominya.
“Ooogghhh akhirnya pantat nyonya, Ujang perawanin” ujar Ujang dengan bangga
Dipegangnya dan diremasinya buah pantat Linda yang sekal. Terlihat ada
wajah kemenangan dari Ujang yang berhasil membobol anus Linda.
Lengkaplah sudah kenikmatan yang dialami Ujang. Ia menggerakkan penisnya
di dalam anus Linda. Akhirnya anus Linda terbiasa dengan penis besar
Ujang. Rasa sakit itu kini berubah menjadi nikmat. Apalagi kini Ujang
kembali mengorek lubang vagina Linda dengan jari-jarinya. Kelihatan
kini, Ujang sudah memasukkan kedua jarinya ke lubang kemaluan Linda. Hal
itu membuat Linda tambah menggelinjang. Sesuatu yang dahsyat terpampang
di hadapan Lily, yang mulai bangkit nafsunya. Lily melihat, betapa luar
biasanya persetubuhan kakak iparnya itu dan Ujang. Terlihat betapa
kontras keadaan mereka. Linda yang putih mulus bak pualam putih tanpa
cela sedang disetubuhi dan disodomi oleh Ujang yang hitam legam, yang
adalah pembantunya. Luar biasa nikmatnya Linda, dan tentu saja Ujang.
Ujang pun seolah lupa akan siapa yang disetubuhinya itu. Ia terus
mengenjot, memompa lubang pantat Linda dengan penuh nafsu. Linda pun
akhirnya bertekuk lutut di bawah penis Ujang yang mampu mendobrak
birahinya itu. Hanya lenguhan nikmat dan erangan penuh nafsu keluar dari
mulut Linda dan Ujang. Sampai akhirnya 10 menit kemudian, kelihatan
tanda-tanda Ujang akan melakukan ejakulasi. Sambil terus menggasak
lubang anal Linda dengan buas dan menekan penisnya semakin dalam dan
jarinya mengobok liang vagina Linda, akhirnya Ujang pun sampai pada
puncaknya:
“Eeggghh, saya mau keluar nyah…oohhh nikmatnya.” Ujangpun kembali
menumpahkan spermanya di lubang pantat Linda.

Linda sudah tidak kuat lagi menahan desakan penis Ujang, dia pun lemas
terkulai tengkurap di ranjang itu. Tubuh bugilnyanya ditindih Ujang dari
atas. Terlihat juga raut kenikmatan yang luar biasa pada wajah Linda. Ia
tampak lemas, tidak berdaya ditindih oleh tubuh jongosnya. Tampak
butiran keringat membasahi tubuh keduanya. Perpaduan yang begitu
kontras, namun penuh luapan birahi. Rupanya telah terjadi skandal di
rumah itu antara nyonya Linda dengan jongosnya. Linda sudah menyerahkan
tubuhnya dan membiarkan Ujang menikmati tubuh indah, mulus dan
montoknya. Apa yang dilihat Lily barusan, membuatnya makin hanyut
terbakar dalam birahi. Ia juga ingin merasakan penis yang besar dan
panjang seperti punya Ujang. Tapi bagaimana ia bisa merasakannya?
Setelah dirasa cukup melihat persetubuhan terlarang itu, Lily memutuskan
untuk pulang. Ia tidak mau mengganggu mereka apalagi ketahuan mengintip.
Lily pun beranjak meninggalkan rumah kakak iparnya. Dia masuk ke dalam
mobilnya lalu melaju pulang ke rumahnya di Kota Wisata. Dalam perjalan
pulang, dia mampir sebentar mengisi bensin di Cibubur. Tampak petugas
pom bensin menatap Lily yang cantik dan lumayan seksi. Lily tetap berada
di dalam mobil dan meminta petugas itu mengisi bensinnya:
“Isi pertamax, full yah bang!”
Si abang itu menjawab:”Beres non… Dari angka nol yah…”
Lily menyahut dengan memberi senyuman. Kelihatan dari sudut mata Lily
yang mengenakan kacamata hitam, betapa petugas itu menatap pangkal
lengan Lily dan pahanya dari kaca mobil yang terbuka itu.
“Sudah non, total Rp. 272rb.”
Lily mengambil uang sebesar Rp 280rb dan diberikannya kepada tukang itu.
“Ambil aja semua bang. Nggak usah kembali. Buat jajan abang.”
“Wah terima kasih non” petugas itu mengambil uang yang disodorkan Lily
dan tanpa sengaja ia menyentuh jari tangan Lily.
Lilypun memberikan senyumannya, lalu pergi. Di tengah jalan pun ia
mampir sebentar ke salah satu warung kecil untuk membeli ayam goreng
kesukaannya dan Michael, suaminya. Warung itu memang laris dan biasanya
ramai, tetapi saat itu kelihatan sepi. Lily pun keluar dari mobilnya dan
menghampiri penjualnya

Lily

Lily


“Ayam gorengnya 2 yah bang!”.
Si abang itu bertanya:”Dada atau paha non?”
“Dadanya 2 deh”jawab Lily.
“Koq sepi bang? Oh iya sudah jam 3 sore. Sudah selesai jam makan yah.”
“Iya non, sudah sepi. Tadi sih ramai, tapi sebentar lagi ramai sih.
Tinggal di mana non?” tanya tukangnya.
“Di Kota Wisata, oh iya bang, kalo pesan di sini katanya bisa diantar
yah? Siapa yang anter nih?” tanya Lily.
Saat itu keluarlah seorang pemuda berusia 20 tahunan dengan baju lusuh
tanpa lengan yang sudah robek dan bercelana pendek. Kelihatan badannya
yang kurus, dekil dan kerempeng membawa beberapa ekor ayam yang belum
digoreng dan diletakkan di dekat penggorengan.
“Biasanya yang nganter si Mamat ini. Dia ngerti koq daerah sekitar sini.
Asal alamatnya jelas aja dan pesannya jangan 2 potong. Minimal 10
potong” kata tukang itu.
Sambil meletakkan potongan-potongan ayam itu, Mamat memperhatikan Lily
yang memang cantik dan berpakaian seksi itu. Memang saat itu Lily
memakai kaos santai tanpa lengan dan rok yang agak mini. Mamat pun
melihat paha Lily yang putih mulus dan pangkal lengannya yang juga putih.
“Iya deh bang, lain kali saya pesan lewat telepon lalu diantar yah. Kalo
gitu minta no teleponnya dong?” Lily bertanya ke tukang ayam itu.
“Beres non, ini no HPnya. Begitu ditelepon, 30 menit lagi sampai deh
ayam gorengnya. Sekalian saya minta alamatnya yah non, nanti kalo pesan,
kami sudah tau tempatnya” sahut si penjual ayam goreng
Lily menuliskan alamat rumah sekaligus nomor teleponnya di atas buku
tulis yang diberikan oleh tukang ayam itu.
“Nggak tambah lagi ayamnya non?”
“Oh iya, tambah 1 lagi yah, yang paha yah” kata Lily.
Biar bagaimanapun Lily tetap ingat si Otong pembantunya yang tolol itu.
Toh dia sudah bekerja tekun di rumahnya, biar dia bisa makan ayam goreng
deh. Akhirnya ayam gorengnya sudah jadi dan diberikannya bungkusan itu
ke Lily
“Ini non. Ayamnya jadi 3, 2 dada dan 1 paha. Total jadi Rp 25ribu.”
“Iya bang, terima kasih.”
Lily pun beranjak meninggalkan restoran kecil itu, ketika ia mau naik
mobil, kembali ia melihat Mamat, pesuruh anter ayam goreng itu, sambil
menenteng ember dan pel. Kembali mata Mamat melihat Lily yang cantik dan
berpakaian seksi itu, matanya tak berkedip menatap kemulusan pahanya.
Betapa bening dan bersih, apa yang ditatap oleh Mamat. Lily pun masuk ke
dalam mobilnya, menstarternya lalu meninggalkan tempat itu.

Rupanya belum lama Lily meninggalkan restoran itu, ada yang tertinggal
yaitu kacamata hitamnya. Si penjual ayam goreng itu menelpon HP Lily,
tetapi kelihatannya tidak diangkat. Ini karena Lily sibuk nyetir mobil.
Akhirnya, Mamat disuruh mengantar kacamata itu. Mamat pun tentu saja
senang mendapat perintah itu. Dan itu dilakukan setelah Mamat selesai
membersihkan ruang makan restoran itu. Satu jam kemudian, Mamat
menjalankan perintah atasannya itu untuk mengantar kacamata yang
tertinggal ke rumah Lily. Sesampainya di depan rumah, Lily menglakson
mobilnya untuk memanggil Otong membukakan pintu rumahnya. Otong
berlari-lari dari kebunnya untuk membukakan pintu. Otong adalah pemuda
desa berusia 23 tahun yang bekerja di rumah Lily. Tampangnya kampungan,
tubuhnya kurus, dekil, hitam dan kelihatannya tidak bisa merawat diri.
Otong adalah seorang kacung yang hanya sekolah sampai 3 SD. Dia sama
sekali tidak menarik dari segi penampilan. Setelah menutup pintu pagar,
Otong berdiri dengan penuh hormat untuk membukakan pintu mobilnya.
Ketika pintu mobil itu terbuka, Lily siap untuk keluar, tetapi tiba-tiba
ia ingat ada sesuatu yang sepertinya tidak ada. Ia pun sadar bhw
kacamata hitamnya tidak ada padanya. Ia berusaha mencari, sementara kaki
kanannya sudah menjulur keluar. Tanpa sengaja Otong melihat pemandangan
itu. Sebuah betis mulus dengan sebagian pahanya yang terbuka, apalagi
saat itu Lily mengenakan rok mini. Lily tidak menyadari hal itu, apalagi
ketika dia pun mencari ke jok bagian belakang mobil itu. Dengan agak
merebahkan dirinya, Lily berusaha mencari kacamatanya. Tapi bagi Otong,
ini merupakan pemandangan yang langka. Ia bisa melihat betapa mulusnya
paha Lily. Apalagi ketika Lily mulai mengubah posisinya. Kaki kanannya
sudah diselonjorkan keluar dan kaki kirinya tertumpu dipijakan sebelah
kanan. Kini Otong dengan jelas melihat celana dalam Lily yang tipis
menerawang. Warnanya pink dan agak transparan. Otong melihat suguhan itu
begitu jelas dan ia pun terus menatapnya. Mumpung Lily masih mencari di
jok bagian belakang. Lily pun tanpa disadari agak mengangkan kakinya.
Kini Otong bisa melihat dibalik CD Lily, nyonya majikannya, ada rimbunan
bulu hitam yang menerawang di balik CD berwarna pink itu. Wah bukan main
tegangnya penis Otong saat itu. Ingin sekali ia meraba paha mulus yang
bening dan putih itu, tapi apa daya, dia hanya bisa melihat dan
membayangkan saja.

Otong

Otong


Setelah mencari dan tidak menemukan, akhirnya dia ingat kalau kaca
matanya tertinggal di restoran kecil tukang ayam. Dan ia pun
mengikhlaskannya bila tidak kembali. Toh masih bisa dibeli lagi dan
harganya murah. Menyadari hal itu Lily membalikkan badannya, dan tanpa
sengaja ia melihat Otong yang sedang mengintip paha mulusnya dan CDnya.
Tadinya Lily mau marah, tetapi ia mengurungkan hal itu. Ia berpikir,
karena ini bukan salahnya Otong, dan itu pun tidak disengaja oleh
pembantunya itu. Lily terdiam dengan wajah memerah dan mengikhlaskan
Otong mendapat pemandangan indah tadi.
“Kamu kerja apa Tong?” Lily bertanya padanya mencairkan suasana.
“Itu non ngeberesin kebun di pekarangan depan” ujar Otong.
Lily lalu menyerahkan bungkusan ayam goreng pada Otong.
“Ini ada ayam goreng, ditaruh di meja makan yah. Yang ini dua dada untuk
saya dan koh Michael. Nah yang ini paha untuk kamu. Kamu suka paha kan?”
Lily mengatakan hal ini sambil tersenyum pada Otong.
“Iya non, terima kasih. Saya sukanya paha” jawab Otong.
“Wah hawanya panas yah. Pantas kaosmu seperti itu. Lusuh banget” ujar Lily.
“Iya non, memang hawanya panas. Kaos ini enak untuk kerja non” jawab
Otong yang memang menyukai kaosnya itu yang sudah tidak berbentuk, juga
celana pendek yang dipakai Otong, kelihatan lusuh sekali, memperlihatkan
kakinya yang gelap ditumbuhi bulu-bulu jarang.
Lily juga melihat lengan Otong yang legam yang lumayan kokoh. Sehingga
Lily berpikir bagaimana bila bulunya itu menyentuh tubuhnya, terasa
nikmat pastinya. Lalu timbul niat isengnya untuk menggoda Otong.
“Tong, coba aku mau lihat pohon yang kamu rawat tadi” kata Lily kepada
Otong.
Lily berjalan di belakang Otong, dan tanpa sepengetahuan Otong, ia
menaikkan rok mininya agak tinggi. Yang tadinya kaitan rok itu di bawah
puser, kini agak di atas puser, sehingga pahanya makin terlihat jelas.
Sengaja ia mau memperlihatkan pertunjukan menarik pd Otong.
“Tanamannya sudah disiram Tong?” Lily bertanya padanya.
“Sudah non. Itu masih basah” sahut Otong.

“Oh iya, ini bunga sutera bombaynya juga bagus yah” kata Lily dengan
membungkukkan badannya.
Deg…betapa terkejutnya Otong saat itu, bukan hanya melihat bunganya,
tetapi celah kaos yang dipakai oleh Lily itu begitu terbuka. Apa yang
terjadi? Tidak salah lagi, Otong melihat sepasang payudara montok yang
segar, mulus dan putih terbungkus oleh bra berwarna pink. Tampak begitu
terawat payudara itu di balik celah kaosnya yang agak terbuka. Lily tau
akan hal itu, tetapi ia membiarkan saja. Ia sepertinya sengaja
memamerkan payudaranya yang masih terbungkus bra itu kepada Otong.
Sebenarnya Lily ingin memperlihatkan lebih daripada itu kepada Otong,
tapi pelan-pelan dulu, yang penting membuat Otong nafsu.
“Wah kamu jago yah merawat rumput dan pohon ini. Bagus Tong” puji Lily
pada Otong.
“Iya non, terima kasih” sahut Otong.
Lalu Lily menuju pada sebuah pohon bonsai yang nampak lucu, sengaja Lily
mengelus pangkal pohon itu dengan membungkuk. Apa yang terjadi? Wah
Otong kembali di suguhi sepasang paha mulus, putih, bening dan berisi
dan jenjang milik Lily. Bahkan CDnya ikut terlihat. Ini karena Lily
memakai rok yang mini dan memang tadi sengaja dinaikkan ke pinggangnya,
sehingga Otong mendapat suguhan luar biasa itu. Dari belakang tubuh
Lily, Otong terus memandanginya. Luar biasa mulusnya sepasang paha itu.
Begitu indah luar biasa untuk orang seukuran Otong. Akhirnya, si otong
kecil jadi memberontak. Lily juga menunjukkan kebinalannya dengan
memamerkan sebagian tubuhnya pada Otong. Bahkan Lily yang sudah terbakar
nafsu menyaksikan persetubuhan kakak iparnya dengan Ujang, ingin
menggoda Otong lebih berani lagi.
“Sebentar lagi akan ada pertunjukkan menarik dari aku. Tunggu sebentar
lagi Tong” begitu jalan pikiran Lily.
“Wah hawanya benar-benar panas yah, mesti pakai baju santai nih. Kamu
taruh dulu deh ayam gorengnya. Ambil yang jatah kamu. Aku mau tukeran
dl, lalu lihat tanaman di ruang tengah” kata Lily.
Mereka pun masuk ke dalam rumah itu. Otong menuju dapur, mencari piring
untuk meletakkan ayam itu. Dan di taruhnya di atas meja makan. Setelah
meletakkannya di atas meja makan dan menutupnya dengan tudung saji,
Otong mau mengambil sapu di gudang belakang. Untuk sampai ke gudang itu,
Otong mesti melewati kamar Lily yang letaknya bersebelahan dengan gudang
tempat sapu itu diletakkan.

Apa yang dilihat Otong ketika ia melewati kamar Lily? Rupanya Lily tidak
menutup pintu kamar itu dengan rapat. Apa yang kemudian dilihat Otong di
antara celah pintu yang agak terbuka itu? Di lihatnya sekilas Lily di
dalam kamarnya sudah melepas kaos dan roknya. Tubuhnya hanya di tutupi
bra dan CD yang berwarna pink. Lily juga sengaja tidak menutup pintu
kamarnya dengan sempurna, tentu ada tujuan tertentu, yaitu supaya Otong
bisa mengintipnya. Apa yang terjadi ketika Lily masuk ke kamarnya? Ia
memang ingin menggoda Otong supaya tambah nafsu. Dia sengaja
memperlihatkan tubuhnya yang dibalut bra dan cd untuk diintip Otong.
Karena itu, begitu masuk ke kamarnya, ia sengaja tidak menutup rapat
pintu kamarnya dan memang akhirnya Otong melewati kamarya dan bisa
melihat sebagian tubuhnya yang masih tertutup bra dan cd. Bagi Otong
yang adalah orang ndeso, apa yang dilihatnya, meskipun sebentar adalah
sesuatu yang luar biasa. Rupanya Otong termasuk orang yang lugu, ia
tidak berani melihat lebih lama. Buktinya dengan agak takut Otong
menjauh dari pintu kamar itu. Lily tersenyum dalam hati:
“Otong… Otong, sebentar lagi pasti menyaksikan pemandangan luar biasa,
hihihi”.
Di kamar itu Lily lalu melepas bra dan cdnya. Dia kini bugil. Dia lalu
memandangi tubuh bugilnya dalam sebuah cermin dengan payudara yang
montok, mulus, bersih dengan putingnya yang menonjol, sedap untuk
dipandang. Lalu ia memandangi bulu kemaluannya yang lebat dan celah
vaginanya yang mengintip sedikit, menantang untuk dilihat. Siapapun yang
melihatnya pasti akan diliputi nafsu yang luar biasa, apalagi Lily masih
muda dan segar, cantik, menarik, seksi dan berkulit putih bersih.
Terlintas dalam pikiran Lily: tak ada rotan, akar pun jadi. Tak ada
suami, jongos pun ok. Tapi, apakah ia akan keluar dalam keadaan bugil?
Tentu saja tidak. Ia ingin menaikkan nafsu Otong pelan-pelan. Akhirnya
ia mencari pakaian apa yang baik ia kenakan. Yang pasti, Lily tidak akan
memakai bra dan cd. Ia akan membiarkan dalamnya polos. Di ambilnya kaos
putih bertuliskan “Sweet” di dadanya. Bila mengenakan kaos itu, memang
sebaiknya ditutup dengan semi jas, karena belahan dadanya di bagian
depan amat rendah, bisa memperlihatkan setengah dari payudaranya. Dan
celah kaos di samping lengan kiri dan kanan yang begitu lebar, sehingga
bisa memperlihatkan bongkahan utuh payudaranya. Biasanya kalau
mengenakan kaos itu, Lily pasti mengenakan bra, tapi kali ini ia sengaja
tidak mengenakannya.

Bisa dibayangkan betapa puting susu itu bisa tercetak jelas menonjol di
balik kaos tipisnya itu. Dari depan atau dari samping, Otong pasti
kenyang melihat payudara utuh yang mengkal dan sekal itu. Putingnya yang
berwarna merah muda, pasti dengan jelas dapat dilihat jongosnya itu. Dan
hal itu, akan diperlihatkan gratis kepada Otong. Kaos tipis itu tidak
begitu panjang, sekitar 25an cm di atas lutut. Tentu saja sebagian paha
mulus Lily akan terpampang di depan Otong. Biasanya kaos itu dipadukan
dengan rok mini atau hotapants. Tapi kini Lily tidak memakainya, bahkan
lebih gilanya lagi, ia tidak memakai cd. Tampak ada bayangan hitam yang
menerawang di bagian selangkangan kaos itu, menandakan lebatnya bulu
kemaluan LiLy. Bila Lily membungkuk ke depan, maka sepasang payudara
montoknya dan pantatnya yang sekal akan utuh terlihat. Tanpa membungkuk
pun, puting payudaranya akan bisa terlihat dari belahan kaos depan dan
samping lengannya. Bila Lily mengangkat tangannya ke atas atau bertolak
pinggang, maka pemandangan luar biasa indah bisa dilihat, yakni pangkal
paha dan bulu kemaluan serta bibir vaginanya. Kalo Lily sedang duduk
lalu membuka pahanya, maka vaginanya utuh akan bisa dilihat. Lily
tersenyum membayangkan Otong yang pasti nganceng melihat suguhan luar
biasa ini. Mudah-mudahan penisnya Otong besar, supaya tidak sia-sia
pertunjukan darinya. Ada perasaan gemetar dalam diri Lily, tapi ia akan
maju terus. Kini Lily sudah siap dan memberi rangsangan ke Otong. Waktu
menunjukkan pk 4.15 sore, suaminya Michael, biasanya pulang pk 9 malam
lewat. Berarti masih ada waktu panjang untuk menggoda Otong, jongos
kampungan itu. Begitu Lily membuka pintu kamarnya, dilihatnya Otong sdg
menyiram rumput di halaman dalam rumahnya.
“Nah gitu dong rajin kerjanya, jangan males-malesan Tong. Kalo
tanamannya subur, kan enak memandangnya” ucap Lily masih membelakangi Otong.
Dengan masih tetap menyiram pohon-pohon itu Otong menjawab:
“Iya non, ba….egh…bagus…bagus non.” Otong begitu gugup begitu menengok
ke belakang menyaksikan penampilan nyonya majikannya.
Bagaimana tidak, pakaian Lily tidak biasa dari biasanya, begitu seksi
dan menggairahkan. Matanya terus memandangi tubuh Lily yang mengenakan
kaos super mini itu. Luar biasa seksinya non Lily sore hari ini. Tapi
Otong nggak berani menatap Lily lebih lama lagi. Dia sadar akan dirinya
yang hanya seorang jongos dan yang ada di hadapannya adalah majikannya.

Otong sampai bingung melihat penampilan Lily, tetapi ia juga tidak tahan
untuk tidak memandang keseksian yang begitu dahsyat yang ada di hadapannya.
“Ini bunga mawarnya bagus Tong. Kamu kasih pupuk apa?” Lily bertanya
pada Otong dengan sengaja membungkukan tubuhnya.
Otong kelihatan gelisah menjawab dan menyaksikan apa yang ada di hadapannya:
“Pupuk biasa non, beli di pasar”.
Kini Otong disuguhi sepasang “bukit kembar” milik Lily yang menyembul
dari belahan kaosnya yang amat rendah itu. Sepasang payudara yang tanpa
bra, terpampang jelas dengan putingnya yang kemerahan. Lily pun sengaja
lebih membungkukan badannya. Dia pun dapat melihat, kalau Otong begitu
nafsu memandangi payudaranya. Ketika Lily berjalan ke bunga yang lain
dekat kolam ikan, kelihatan jelas payudaranya ikut bergerak di balik
kaosnya dengan tonjolan putingnya yang begitu indah. Lily mempersilahkan
Otong terus memandangi payudaranya dengan membungkukkan badannya. Atau
Otong pun bisa melihat dengan jelas payudara tanpa bra itu, ketika
berada di samping Lily. Dari belahan kaos di bagian lengannya, Otong
tersuguhi ranumnya gumpalan susu majikannya. Hal ini membuat Otong
pusing menahan gejolak birahinya, krn melihat tubuh molek dan indah dari
majikannya ini. Penis Otong pun sudah tegang sekali, tapi ia tetap tidak
berani apa-apa. Bukan saja suguhan payudara Lily, Otong pun bisa melihat
sepasang paha jenjang dan mulus padat berisi milik Lily. Bahkan ketika
Lily menaikkan kaki kanannya ke atas batu, Otong melihat bongkahan
pantat Lily. Dan astaga…. Otong jg sempat melihat bulu-bulu kemaluan,
bahkan belahan vagina itu, saat Lily mengambil kaitan kawat pada pohon
anggreknya. Lilypun sangaja berlama-lama menjinjitkan tubuhnya, untuk
mengambil tanaman anggreknya. Tetapi, bukan tanaman itu tujuan Lily,
yang diingininya supaya Otong melihat bagian-bagian vital tubuhnya yang
indah sekali. Suguhan yang spektakuler itu, membuat Otong luar biasa
dikuasai oleh nafsu birahinya. Payudara, pantat, jembut dan sebagian
kemaluannya pasti sudah dilalap oleh mata Otong. Hari ini nampaknya
Otong mendapat rejeki nomplok. Pikiran Otong menjadi kacau, kalau saja
orang yang ada di hadapannya bukan majikannya, pasti sudah disikat
habis. Dan meski diberi suguhan yang begitu merangsang, Otong tidak
berani bertindak lebih jauh. Dia takut dipecat. Setelah menyiram rumput
dan pohon-pohon di halaman tengah itu, Otong minta pamit mau
membersihkan kamarnya. Lily tersenyum dalam hati, rupanya perangkap yang
sudah dipasang siap mengenai sasarannya.

Kini ia merencanakan jurus pamungkas dari godaannya itu. Apa yang akan
dilakukan Lily? Di satu pihak dia pun sudah terbakar birahi yang begitu
hebat. Ingin rasanya ia bersetubuh sore ini, dan Otong yang lugu dan
ndeso itulah sasarannya. Dia pergi ke kamarnya dan mengambil sebuah vcd
BF. Dia ingin menonton film bokep itu, tetapi tidak di kamarnya. Tempat
yang enak adalah di ruang keluarga, karena ada tv dan perlengkapan sound
sistem yang bagus. Letak ruang keluarga itu di samping kamar tamu.
Dinyalaknnya tv lalu disiapkannya alat itu. Ia pun duduk sambil agak
rebahan di sofa empuknya. Ketika film sudah mulai, nafsu Lily pun mulai
muncul. Tampak di layar tv itu pasangan Jepang dan negro yang sedang
memacu birahi. Sedang enak-enaknya nonton, lewat si Otong, jongos
lugunya itu. Lalu dipanggilnya jongosnya itu:
“Tong pernah nonton film bokep?”
Otong menjawab: “Belum non!”
Lily menimpalinya:”Ah masa sih, umur kamu kan sudah 23 tahun. Masa belum
pernah sih?”
Otong menjawab:”Benar non. Otong belum pernah.”
Karena kasihan kepada Otong dan ingin supaya Otong ada pemanasan, maka
Lily mengajak Otong menonton film bokep itu:
“Kalo gitu, sini nonton bareng yuk!!”
Otong pun akhirnya duduk di lantai, krn dia merasa sebagai seorang
pembantu dan Lily duduk agak rebahan di sofa panjang itu. Lily sudah
melihat bahwa Otong begitu terangsang dan gairah nafsunya naik melihat
film bokep itu untuk pertama kalinya. Kelihatan mata Otong tidak
berkedip memandangi tubuh mulus aktris Jepang yang sudah bugil itu.
Pemain lawannya yang pria negro pun sudah kelihatan telanjang bulat
dengan penis yang luar biasa besar. Ketika Otong sedang enak menyaksikan
film itu, Lily bertanya padanya:
“Bagus nggak Tong, badan tuh cewek Jepang?”
“Bagus non, teteknya montok yah, badannya putih mulus, jembutnya banyak
yah” dengan polosnya Otong mengatakan hal itu.
“Tapi lihat tuh Tong, memeknya sudah agak longgar tuh! Habis kebanyakan
main sih. Hehehe” ujar Lily.
“Iya non, dia ngentot melulu sih, jadinya agak memble” sahut Otong.
“Memang kamu pernah melihat yang ok atau nggak memble, Tong?” Lily bertanya.
“Belum non, belum pernah.”

Lily memang menyadari keluguan Otong, padahal sebelumnya tadi dan
sekarang, Otong sudah melihat payudara dan kemaluannya, cuma hanya
sekedar memandang saja.
“Tong, kalo aku punya bagaimana?” Lily dengan berani bertanya demikian
ke Otong.
“Ehhh… maaf non…. I-iiya non, maaf. Ta…-di Otong sem-…pat lihat non”
Otong menjawab dengan penuh takut.
“Hayo jujur. Tadi kamu lihat apanya aku?” Lily bertanya ke Otong.
Dengan lugu dan takut, Otong menjawab:”Tetek…ehhh paha….eehhh”.
Lily kemudian melanjutkan jawaban Otong: “Memek dan jembut juga kan….oh
iya…pantat juga kan?”
Otong sepertinya ditelanjangi oleh pertanyaan dan jawaban Lily.
“Jangan takut Tong. Aku nggak marah koq. Malah senang, ada orang yang
masih senang sama tubuhku”.
Lily pun berdiri di hadapan Otong, perhatian Otong tidak lagi pada
adegan persetubuhan di film, tapi pada Lily yang mau menunjukkan sesuatu
padanya.
“Otong, lihatlah ini” kata Lily yang berdiri di hadapan Otong.
Lily lalu dengan senyum menggoda, menurunkan kaos di pundak sebelah
kanannya, dan kelihatanlah payudara utuh sebelah kanan Lily. Lalu ia
menurunkan kaos sebelah kirinya…astaga sepasang payudara indah dengan
putingnya yang menantang, terpampang bebas di hadapan Otong. Setelah
melewati kedua lengannya, dikepitnya kaos itu di ketiaknya. Otong
kelihatan bernafsu memandang sepasang payudara yang indah itu. Setelah
itu, Lily mengangkat tangannya seolah merapikan rambutnya, ia
memperlihatkan ketiaknya yang indah merangsang. Dadanya dibuat
membusung, dan yang lebih hebat lagi…kaos itu melorot melewati paha dan
kakinya dan akhirnya jatuh ke lantai. Apa yang kini ditatap Otong? Tak
lain adalah tubuh polos bugil non Lily. Lily kemudian, mengambil kaosnya
yang sudah terlepas bebas dari tubuhnya dan disingkirkannya jauh-jauh.
Lily kini sudah telanjang bulat di hadapan jongosnya itu. Mata Otong
seakan tak mau berkedip menyaksikan tubuh bugil Lily di hadapannya. Lily
lalu mengajak Otong berdiri, di ambilnya ke dua tangan Otong dan
diletakkannya pada payudaranya. Kelihatan sekali tangan Otong yang
gemetaran. Dengan suara yang agak lembut Lily meminta Otong untuk
meremas payudaranya. Otong memegang payudara itu dengan kedua telapak
tangannya lalu meremasnya mengikuti perintah Lily majikannya.

“Tetek nyonya bagus sekali, pentilnya juga indah” ujar Otong, diusapnya
lembut lalu diremasnya putting itu.
“Remasnya yang kuat Tong. Kaya gini” Lily meminta Otong untuk meremas
payudaranya dan menjepit putingnya di antara jari-jari Otong.
Diikutinya perintah nikmat dari Lily. Otong meremas begitu kuat
payudaranya, sehingga Lily melenguh nikmat:
“Oggghhh Tong, enak banget. Remas lebih kenceng lagi….aaahhhssss enaknya….”
Kini Otong meminta pada Lily: “Non, Otong mau isep tetek non yah.”
Lily menanggapinya:”Oh Ujang mau nenen, aku tiduran yah.”
Lily lalu tiduran telentang pada sofa itu. Diambilnya bantal sofa itu
lalu diletakkannya di kepalanya. Tubuh bugil Lily sudah berbaring di
sofa itu, kedua tangannya dibukanya ke atas memperlihatkan ketiaknya
yang mulus. Otong tidak berkedip menatap tubuh telanjang bulat
majikannya yang sebentar lagi akan dia nikmati.
“Otong mau nyusu? Nih!” terdengar ajakan Lily kepada Otong.
Otong pun mendekatkan bibirnya yang tebal, agak monyong itu ke puting
payudara Lily. Lalu dihisapnya lembut, tetapi makin lama, makin terlihat
ganasnya. Dikenyotnya payudara Lily dengan penuh nafsu, sambil
dielus-elusnya ketiak Lily yang terbuka ke atas.
“Ooogghh enak banget Tong.” Sepasang payudara indah itu sudah dikuasai
Otong. Bergantian payudara kiri dan kanan dihisap oleh Lily yang
terpejam marasakan nikmat. Setelah cukup lama menciumi dan mengenyot
payudara Lily, Otong lalu mencium bibir Lily. Di sambutnya bibir Otong
dan mereka pun saling berciuman dengan begitu mesra sekali. Sampai
terdengar suara berkeciplak karena begitu buasnya mereka melakukan hal
itu. Sambil melakukan ciuman pada bibir Lily, Otong menggerayangi tubuh
mulus dan bening nyonya majikannya yang cantik. Dirasakan oleh Otong,
betapa mulus dan halusnya tubuh Lily. Dielusnya permukaan kulit perut
Lily, sambil sekali mengusap dan meremas payudaranya. Lalu Otong juga
meraba bulu-bulu kemaluan Lily yang lebat sambil terus berciuman.

Lily merenggangkan kakinya, agak mengangkang. Itu dilakukan dengan
maksud supaya Otong mudah mengelus atau meraba vaginanya. Kelihatan
dengan penuh nafsu, Otong mengelus bulu kemaluan Lily, sambil
sekali-sekali dijambak lembut oleh Otong.
“Nyonya bulu jembutnya lebat yah.”
Setelah puas mempermainkan bulu jembut itu, Otong meraba bibir kemaluan
Lily.
“Nya, Otong mau lihat memeknya yah?”
Lily mengangguk mempersilahkan Otong melakukan hal itu. Lily lalu
membuka lebar pahanya. Hanya ada nafsu membara yang mengalahkan rasa
malu pada dirinya, meskipun vaginanya sedang dilihat oleh jongosnya.
“Bagus sekali memeknya” kata Otong, lalu diusapnya bibir vagina Lily
yang sudah terbuka.
Otong adalah orang kedua yang melihat dan meraba vaginanya, selain
suaminya. Diusap dan diperhatikan terus vagina Lily. Tidak puas hanya
mengusap, Otong lalu membentangkan paha Lily lebar-lebar. Maka makin
kelihatan vagina Lily yang merekah berwarna pink. Vaginanya masih bagus,
tidak seperti aktris BF dari Jepang tadi. Otong makin gemas
mempermainkan vagina Lily, lalu dengan menggunakan jari tengahnya, Otong
memasukkan jarinya menyusuri liang vagina Lily yang melonjak menahan
nikmat. “Ooogghh Otonnnggg…eehhggg” Lily mengerang, tubuhnya mengejang
hebat ketika liang senggamanya disusupi jari tengah Otong.
Masih terasa betapa kencengnya jepitan vagina Lily, bahkan Otong juga
merasakan ada kedutan-kedutan yang begitu nikmat.
“Oogghh Oottoonngg, en..nhnaaakk se…ka.lih” Lily mengerang kenikmatan.
Jari Otong kemudian dikocokkannya ke lubang kenikmatan Lily. Tampak Lily
mengerang kenikmatan, membiarkan vaginanya dimasuki oleh jari Otong.
Otong terus mengobok-obok vagina Lily, sampai akhirnya daerah sensitif
itu banjir. Namun begitu, masih terasa jepitannya.
“Ooohhh Ooottt…hhhttoongg. Aku ke…lluu..arr Tong, egggghhhh”.
Tampak badan Lily menegang, bertanda ia sudah sampai pada klimaksnya
atau orgasme pertamanya. Setelah itu agak melemah dan lemas tubuh Lily.
“Enak sekali Tong. Sekarang kamu buka dong semua pakaian kamu.”
Otong menyahut:”Beres non”.
Otong pun berdiri dan melepaskan seluruh pakaiannya yang kumel dan lusuh
sampai bugil.

Lily kelihatan mendelik seketika:”Gila Otong, kontol kamu besar dan
panjang sekali. Aduh…muat nggak yah ke memek saya”.
Rupanya penis Otong masih lebih besar dan panjang dibandingkan penis
Ujang. Di satu pihak hal itu menyeramkan bagi Lily, karena selama ini
dia hanya bersetubuh dengan suaminya yang ukuran penisnya standart saja.
Tapi penis Otong, luar biasa, dibalik badannya yang kurus, krempeng dan
hitam legam itu, tersimpan penis yang amat mantap. Lily begitu terkesima
pada penis jongosnya itu.
“Sini Tong, kontol kamu mau aku pegang”.
Otong lalu tiduran telentang di atas karpet ruang tv, dengan penisnya
teracung tegak sekali. Lily mendekatkan tangannya pada penis itu. Agak
geli dan bingung juga bagi Lily untuk memegang penis jongosnya yang
bersunat dan hitam itu. Bonggol kepalanya nampak besar dan begitu
mantap. Bulu-bulu kemaluan yang lebat di sekitar penisnya dan kedua biji
penisnya yang mantap menambah gejolak birahi Lily. Dengan getaran nafu
yang begitu tinggi, Lily lalu memegangnya, terasa nikmat mengenggam
kemaluan yang besar itu dan diremas dengan begitu mesra penis itu. Otong
juga merasakan getaran birahi non Lily yang begitu kuat saat penisnya
dibelai dan di remas nyonya majikannya itu.
“Aduh, tegang banget yah kontolmu” sahut Lily.
“Ah nyona bisa aja. Pijitin dong kontol Otong. Enak banget” Otong
meminta Lily untuk melakukan yang lebih nikmat pada penisnya.
“Iiihh kontol kamu ngegemesin banget. Aku cium yah” Lily mendekatkan
wajahnya pada penis Otong yang berada dalam genggamannya itu.
Otong juga tidak tinggal diam, dia juga meraba sekujur tubuh mulus Lily,
tapi yang menjadi sasaran utama adalah sepasang payudara sekal nan
menantang dan vagina itu. Lily pun membiarkan tubuh indahnya dirabai
oleh kacungnya itu. Dia membiarkan elusan-elusan liar jongosnya itu di
sekujur tubuhnya, bahkan Lily tetap memposisikan diri dengan membuka
selangkangannya lebar-lebar, supaya Otong bisa memandang liang
vaginanya. Dimasukkannya penis Otong ke dalam mulutnya dan
disentuh-sentuhkan lidah Lily pada batang yang berdiri tegak itu. Lalu
dihisapnya kuat-kuat sambil menjilati penis itu. Lubang pipis pada penis
itu juga dijilatinya dengan begitu rakus, sehingga Otong juga
menggelinjang penuh nikmat.

“Ooogghhh non…nik-mat sepongan non. Isap terus non, enak sekali” Otong
meminta Lily untuk terus menghisapnya.
“Tong, gaya 69 yuk. Ganti posisi, aku di bawah, kamu di atas saya.
Kontolmu aku kerjain. Kamu kerjain memek aku yah!” Lily mau mencoba gaya
lain rupanya.
Setelah Otong menggeser posisi tubuhnya, gantian Lily yang tiduran
telentang di karpet itu. Lily membentangkan pahanya lebar-lebar untuk
siap digarap kacungnya itu. Otong memposisikan tubuhnya yang kasar di
atas tubuh mulus Lily dan menyorongkan penisnya ke wajah Lily. Di
tangkapnya penis itu dengan mulut Lily dan kembali disedotnya batang
yang sudah full ereksi itu. Dalam posisi seperti itu, Otong juga
menciumi dan menjilati paha mulus Lily yang begitu bening, putih seperti
susu sampai ke pangkalnya atau selangkangannya. Dijilatinya bulu jembut
itu dan sambil jari-jarinya membuka bibir liang senggama Lily. Terasa
begitu penuh nafsu dan nikmat luar biasa, Lily melakukan aktivitas itu.
Otong pun tidak tinggal diam, dia pun akan men-service vagina non Lily,
majikannya itu. Di dekatkannya mulut Otong pada liang vagina itu,
dijulurkannya lidahnya dan dipermainkannya pada vagina itu. Luar biasa
indah dan menariknya vagina Lily. Ketika lidah itu dijulurkan ke dalam
vaginanya, lidah itu menyentuh klitoris yang merupakan titik kenikmatan
setiap wanita. Tampak Lily begitu nikmat diperlakukan demikian. Lalu
disentil-sentilkan lidah Otong ke bagian itu. Hal ini mengakibatkan
adanya kedutan nikmat pada tubuh Lily. Otong menekan dalam-dalam
pantatnya, sehingga seluruh batang penisnya masuk mengisi rongga mulut
Lily. Terkadang Lily menahan pantat Otong, karena penisnya menyentuh
tenggorokan Lily. Otong pun tidak tonggal diam, dikiliknya dengan penuh
nafsu rongga vagina dan klitoris Lily. Perlakuan Otong membuat vaginanya
menjadi basah. Dijilati dan dipandangi dengan penih nafsu vagina Lily.
“Memek non Lily enak, rasanya gurih.” lalu Otong memasukkan ke dua
jarinya supaya bisa melihat lebih dalam lagi vagina Lily.
Sepertinya Otong tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Kelihatan sekali
dia mengobrak-abrik vagina Lily dengan jari dan lidahnya, dengan luapan
birahi yang dahsyat.

Di lain pihak, Lily pun menyerahkan liang senggamanya diobok-obok
jongosnya sendiri. Kelihatan sekali penyerahan diri Lily dengan semakin
mengangkang lebih lebar seolah mempersilahkan Otong menikmati vaginanya.
Dilain pihak, Lily pun merasa nikmat luar biasa. Suatu pengalaman yang
tidak pernah ia dapatkan dari suaminya saat bersetubuh. Sensasi yang
luar biasa justru ia dapatkan dari Otong, kacungnya itu. Ada sekitar 15
menit mereka mempraktekan gaya 69. Rupanya Lily sudah 2 kali mencapai
klimaks diperlakukan Otong seperti itu. Kemudian Lily berdiri dan
menarik tangan Otong untuk berdiri juga. Mereka saling senyum dan
memandang tubuh bugil lawannya itu. Lily begitu terkesima akan besar dan
panjangnya batang penis Otong, meskipun tubuhnya kurus, kulitnya hitam
dan wajahnya jelek. Tidak ada yang istimewa dari Otong, selain penis
bersunatnya yang berereksi sempurna siap tempur. Sedangkan Otong, begitu
terkesima akan wajah cantik Lily, tubuhnya yang indah, putih bersih,
menarik, dengan payudaranya yang montok dihiasi putingnya yang
kemerahan, dengan bulu kemaluannya yang lebat. Mereka berdiri dan, Lily
memeluk tubuh Otong dan mencium bibirnya. Bibir mereka berpagutan mesra,
seolah tidak mau lepas. Lily yang sudah begitu dikuasai nafsu birahi,
berbisik begitu lembut dan pelan di telinga Otong:
“Tong, yuk entot aku?”
Ajakan yang begitu menantang kelelakian Otong, pasti tidak akan
disia-siakan olehnya:
“Yuk, Otong jg mau ngewein nyonya”.
Kemudian Lily menyandarkan tubuh bugilnya di sofa, ia mengangkangkan
pahanya memperlihatkan liang vaginanya yang begitu mungil, untuk siap
diterobos oleh batang penis Otong yang perkasa itu. Otong pun mengambil
posisi yang pas berhadapan dengan Lily, dipegangnya penisnya itu.
Disentuhkannya pelan-pelan di bibir vagina Lily, dan ditempelkannya pada
liang senggama Lily.
“Iya Tong, entot aku say…” demikian permintaan Lily.
“Saya masukin yah nya” ucap Otong.
Maka mulai terjadilah proses penetrasi itu, Otong memajukan pantatnya
dan menekannya pelan-pelan supaya penisnya bisa masuk.
“Ooooggghhh….ooogghhh.” demikian erangan dari Lily.
“Sempit sekali nya memeknya. Uuuhhh seret banget” ucap Otong.
Masuklah kepala penis itu ke dalam liang vagina Lily. Kelihatan wajah
Lily menahan suatu kenikmatan yang luar biasa saat batang penis Otong
mulai masuk perlahan-lahan. “Kon…..tol ka….mu ju….ga be…ssshhaarrr
Tong…ohhh…. eeessshhh” erangan nikmat dari mulut begitu terdengar saat
setengah dari penis Otong mulai ditelan oleh vagina Lily.
Tampak Lily menggelinjang, menyambut masuknya penis perkasa Otong ke
dalam liang vaginanya. Kemudian…bleeesss…akhirnya masuk juga seluruh
batang penis Otong.

Luar biasa sekali apa yang mereka rasakan saat itu. Lily merasa seperti
diperawani, vaginanya begitu penuh oleh batang penis Otong yang besar.
Sedangkan penis Otong begitu nikmat, terasa diremas begitu nikmat di
dalam liang vaginanya. “Oooogghhh..ooohhh.eeesshhh” desahan nikmat
keluar dari mulut Lily.
Otong membiarkan penisnya berada sepenuhnya di dalam vagina Lily. Mereka
benar-benar menikmati persetubuhan itu. Otong menarik penisnya, lalu
menekannya. Awalnya dilakukan pelan-pelan dan penuh perasaan, tetapi
lama-lama, karena sudah dikuasai nafsu, Otong melakukannya dengan begitu
kencang dan buas. Sepertinya ia akan terus membombardir vagina Lily
sampai puas. Tindakan liar dari Otong di sambut oleh Lily dengan
goyangan pantatnya. Mereka berdua terasa begitu menikmati persenggamaan
itu. Tak henti-hentinya mulut Lily mengeluarkan desahan dan erangan
sebagai ungkapan kenikmatan yang tak tertandingi. Desahan dan erangan
itu, begitu seksi dan menambah nafsu Otong untuk menggasak vagina Lily
lebih cepat lagi.
“Ooogghhhh…uuuggghhh…ahhhssss….sssshhhhsss…eehhhmm m.mmegh..ouuuggghh.”
Suara itu membuat Otong pun begitu nafsu menggenjotkan penisnya yang
besar masuk terbenam ke dalam liang vagina sempit non Lily majikannya.
Begitu seru persetubuhan antara Lily dan Otong. Desahan dan erangan Lily
selama persetubuhan itu, tiada hentinya dan begitu keras. Untung rumah
itu sepi, hanya ada mereka berdua sore itu. Tetapi, benarkah demikian???
Mari kita berhenti sejenak melihat apa yang terjadi di luar. Rupanya
persetubuhan mereka ada yang melihatnya. Si pengintip ini bisa mendengar
dengan jelas desahan dan erangan Lily. Dia pun melihat dengan jelas
persetubuhan tak lazim itu dan kaget luar biasa menyaksikannya.
Bagaimana tidak, tubuh bugil Lily yang adalah nyonya majikan, mulus,
putih, cantik dan amoy itu, sedang digenjot oleh kacungnya yang hitam,
jelek, dower dan ceking itu. Siapa yang sedang mengintip persetubuhan
Lily dan Otong? Dia adalah Lisa, adiknya Lily. Lisa baru saja pulang
dari sekolah dan mengenakan pakaian seragam SMA. Lisa sudah kelas XII
SMA dan hampir lulus. Dia masih tinggal dengan orang tuanya di Raffles
Hill. Sore itu setelah pulang sekolah, ia berencana mengajak cicinya
untuk jalan2 dan mau numpang mandi di kamar tamu cicinya. Sengaja dia
mengendarai mobil jazz putih mutiara terbaru pemberian hadiah ultah ke
18 dari papanya yang adalah seorang dirut di sebuah PT besar di Jakarta.
Baru sekitar 6 bln yang lalu, Lisa mendapatkan mobil itu. Sebenarnya
Lisa juga mengajak pacarnya Hans, tetapi karena Hans masih ada ujian di
tempat kuliahnya, maka Lisa membuat janji supaya Hans menjemput Lisa di
rumah cicinya pada pukul 6 sore. Hans pun sudah diperkenalkan kepada
Lily dan sudah sering diajak Lisa ke rumah cicinya itu.



@



0 komentar:

Posting Komentar - Kembali ke Konten

Pembantu yang beruntung 1